Sabtu, 09 Mei 2015

Penyakit dan Kelainan pada Sistem Peredaran Darah (1)


Setiap sistem organ memiliki fungsi. Dari beberapa fungsi yang dimiliki pasti ada suatu gangguan yang terjadi, entah itu karena kurang menjaga kesehatan, atau memang sudah kelainan. Berikut beberapa penyakit dan kelainan pada Sistem Peredaran Darah, check it out.

1. Anemia

Anemia atau sering disebut Kurang Darah adalah penyakit yang disebabkan karena organ - organ pembentuk eritrosit tidak bekerja maksimal, sehingga mengakibatkan menurunnya kadar eritrosit dalam darah. Anemia juga disebabkan karena kadar haemoglobin (Hb) dalam darah berkurang sehingga asupan oksigen dalam tubuh pun berkurang.

Gejala yang timbul pada orang yang mengidap penyakit anemia dalam jangka waktu yang lama adalah :
  • Letargi atau penurunan kesadaran dan pemusatan
  • Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
  • Kepala terasa ringan
  • Palpitasi atau jantung berdebar - debar
  • Pucat
  • Kekebalan Tubuh Menurun

Klasifikasi Anemia Akibat Gangguan Eritropoiesis

  1. Anemia defisiensi Besi :
    Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
  2. Anemia Megaloblastik
    Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
  3. Anemia Aplastik
    Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas. Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
  4. Anemia Mieloptisik
    Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Ukuran Sel

  1. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb)
  2. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.
  3. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.

Untuk mencegah penyakit anemia, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi (Fe), asam folat atau Vitamin B12, seperti kacang - kacangan, sayuran, buah - buahan, daging, dll.

2. Leukemia

Leukemia atau lebih kita kenal dengan Kanker Darah adalah penyakit pada sistem peredaran darah yang sulit diobati. Yang terjadi dalam tubuh penderita leukemia adalah terganggunya organ - organ produksi leukosit, sehingga pembentukannya tidak terkendali, dan melebihi kadar normal. karena keadaan itu, leukosit memakan eritrosit.

Menurut perjalanan alamiah, ada 2 macam leukemia, yaitu.
  1. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.
  2. Leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun.
Menurut jenis sel yang dipengaruhi, ada 2 macam leukemia, yaitu.
  1. Ketika leukemia memengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.
  2. Ketika leukemia memengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, maka disebut leukemia mielositik.
Menurut jumlah leukosit dalam darah, ada 3 macam leukemia, yaitu.
  1. Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal, terdapat sel-sel abnormal
  2. Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal
  3. Leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, tidak terdapat sel-sel abnormal
Masih belum diketahui apa saja yang menjadi penyebab leukemia. tapi diketahui beberapa faktor berikut mempengaruhi frekuensi leukemia, antara lain.
  1. Radiasi (radioterapi, radiasi radioaktif, dll)
  2. Faktor Leukemogenik (racun lingkungan, kemoterapi, dll)
  3. Epidemiologi (pengaruh lokasi)
  4. Herediter
  5. Virus
Berdasarkan hasil penelitian Dr. M. Ahkam Subroto, tanaman sarang semut mengandung berbagai jenis zat aktif seperti flavonoid, tannin dan zat lain yang sangat penting bagi tubuh. Kandungan zat flavonoid nya dipercaya sebagai zat anti kanker yang mampu melawan sel kanker terutama sel kanker darah sehingga sangat cocok dijadikan sebagai obat tradisional kanker darah.

Zat flavonoid sendiri memiliki kemampuan untuk menonaktifkan zat karsinogen atau zat penyebab kanker. Perkembangan zat karsinogen tersebut akan dihambat sehingga tidak akan menumbuhkan sel-sel yang abnormal. Kemudian, sel abnormal dalam tubuh dicegah supaya tidak bisa membelah diri. Dengan demikian, sel kanker tidak akan menyebar ke berbagai jaringan dan organ lain di dalam tubuh penderita. Ini merupakan obat tradisional kanker darah yang sangat ampuh untuk mengendalikan laju pembelahan sel-sel kanker di dalam tubuh.

Selain flavonoid, terdapat zat lain bernama tokoferol yang mirip dengan vitamin E dan sangat berguna dalam penyembuhan kanker darah. Zat ini sangat efektif untuk menangkap radikal-radikal bebas yang menjadi penyebab kanker.

3. Leukopenia

Leukopenia adlah kelainan dimana menurunnya sistem imunitas tubuh dikarenakan menurunnya fungsi organ pembentuk leukosit. Penderita leukopenia akan mudah terserang penyakit, bakteri, dan virus, karena tubuh kekurangan leukosit.

Rendah jumlah sel putih mungkin karena infeksi virus akut, seperti dengan dingin atau influenza. Hal ini dapat dikaitkan dengan kemoterapi, terapi radiasi, mielofibrosis dan anemia aplastik (kegagalan sel darah putih, sel darah merah dan produksi trombosit). HIV dan AIDS juga merupakan ancaman bagi sel darah putih.

Penyebab lain dari jumlah sel darah putih termasuk eritematosus sistemik lupus, limfoma Hodgkin, beberapa jenis kanker, tifus, malaria, TBC, demam berdarah, infeksi riketsia, pembesaran limpa, kekurangan folat, psittacosis, sepsis dan penyakit Lyme. Banyak penyebab lain ada, seperti kekurangan mineral tertentu, seperti tembaga dan seng.

Pseudoleukopenia dapat mengembangkan pada timbulnya infeksi. Leukosit mulai bermigrasi menuju tempat infeksi dan dapat dipindai di tempat infeksi. Migrasi mereka menyebabkan sumsum tulang untuk menghasilkan lebih banyak leukosit untuk memerangi infeksi serta untuk mengembalikan leukosit yang beredar, tetapi sebagai sampel darah diambil pada awal infeksi, mengandung jumlah rendah leukosit, yang mengapa itu disebut "pseudoleukopenia ".

Beberapa obat dapat berdampak pada jumlah dan fungsi sel darah putih.

Obat yang dapat menyebabkan leukopenia termasuk clozapine, obat antipsikotik dengan efek samping yang jarang terjadi yang mengarah ke ketiadaan total semua granulosit (neutrofil, basofil, eosinofil). Antidepresan dan merokok pengobatan kecanduan narkoba bupropion HCl (Wellbutrin) juga dapat menyebabkan leukopenia dengan penggunaan jangka panjang. Minocycline, antibiotik umumnya diresepkan, adalah obat lain diketahui menyebabkan leukopenia. Ada juga laporan dari leukopenia disebabkan oleh natrium divalproex atau asam valproik (Depakote), obat yang digunakan untuk epilepsi (kejang), mania (bipolar) dan migrain.

Obat antikonvulsan, lamotrigin, telah dikaitkan dengan penurunan jumlah sel darah putih.

Obat lain termasuk obat imunosupresif, seperti sirolimus, mycophenolate mofetil, tacrolimus, siklosporin, leflunomide (Arava) dan inhibitor TNF. Interferon digunakan untuk mengobati multiple sclerosis, seperti Rebif, Avonex, dan Betaseron, juga dapat menyebabkan leukopenia.

Kemoterapi menargetkan sel-sel yang tumbuh dengan cepat, seperti tumor, tetapi juga dapat berdampak sel darah putih, karena mereka ditandai dengan sumsum tulang sebagai cepat tumbuh. Efek samping yang umum dari pengobatan kanker adalah neutropenia, penurunan neutrofil (jenis tertentu dari sel darah putih).

4. Trombositopenia

Trombositopenia adalah keadaan dimana trombosit yang berfungsi dalam pembekuan darah mengalami penurunan. Penderita trombositopenia hanya memiliki kadar trombosit kurang dari 100.000 trombosit/uL. Jumlah trombosit dalam darah disebut juga sebagai jumlah platelet normalnya adalah antara 150.000 sampai 450.000 per liter mikro (sepersejuta liter) darah. Jumlah trombosit kurang dari 150.000 ini disebut trombositopenia. Yang lebih besar dari 450.000 disebut trombositosis.  Penting untuk dicatat bahwa, meskipun, jumlah platelet menurun pada trombositopenia, namun fungsi mereka biasanya sepenuhnya tetap utuh.

Penyebab Trombositopenia :
·         Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum tulang misalnya: parvovirus, rubella, mumps,varicella (cacar air), hepatitis C, virus Epstein-Barr, dan HIV.
·         Anemia aplastik adalah istilah umum yang digunakan bila sumsum tulanggagal menghasilkan sel darah (eritrosit, lekosit, dan platelet), juga disebut pansitopenia. Hal ini dapat juga disebabkan oleh beberapa infeksi virus (parvovirus atau HIV), obat (preparat emas, kloramfenikol, Dilantin, valproate (Depacon), radiasi, atau yang jarang kongenital (anemia Fanconi).
·         Obat kemoterapi sering menyebabkan penekanan sumsum tulang berakibat trombositopenia.
·         Selain kemoterapi, beberapa obat lain dapat menekan produksi trombosit, seperti diuretik thiazide.
·         Kanker dari sumsum tulang dan sel darah (leukemia) atau kanker kelenjar getah bening (limfoma) dapat menyebabkan berbagai keadaan trombositopenia.
·         Kanker  dari organ lain terkadang bisa menginfiltrasi sumsum tulang dan menyebabkan gangguan produksi trombosit.
·         Penggunaan alkohol jangka panjang dapat menyebabkan toksisitas langsung pada sumsum tulang.
·         Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat mengakibatkan produksi trombosit yang rendaholeh sumsum tulang

5. Hemofilia

Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah. Hemofilia diderita oleh 1 dari 10.000 laki - laki di dunia. Hemofilia A mendominasi 80% kasus dari keseluruhan.

Klasifikasi Hemofilia :
  1. Hemofilia A : akibat defisiensi faktor VIII faktor pembekuan
  2. Hemofilia B : akibat defisiensi faktor IX faktor pembekuan
  3. Hemofilia C : akibat defisiensi faktor XI faktor pembekuan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien yang dicurigai hemofili diantaranya :

  1. Jumlah trombosit normal
  2. Waktu perdarahan normal
  3. Waktu pembekuan normal
  4. Protrombin time
  5. Trombin time
  6. Pemeriksaan spesifik untuk faktor VII, IX, XI. 

Komplikasi yang dapat timbul diantaranya :
  1. Akibat dari perdarahan atau transfusi darah. Komplikasi akibat perdarahan adalah anemia, ambulasis atau deformitas sendi, atrofi otot atau neuritis.
  2. Kerusakan sendi dan otot
  3. Hematuria, bila gumpalan darah terjadi di uretra, dapat menyebabkan nyeri yang tajam.
  4. Perdarahan sistem pencernaan, kelainan yang timbul dapat berupa adanya darah pada feses dan muntah. Kehilangan darah secara kronis akibat ini dapat menyebabkan anemia pada pasien.
  5. Perdarahan intrakranial
  6. Sindroma kompartmen.

6. Demam Berdarah Dengue / DBD

DBD adalah penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Penderita DBD mengalami penurunan kadar trombosit dikarenakan infeksi dari virus dengue dengan vektor nyamuk Aedes Aegypti. Penderita DBD memiliki gejala hampir sama dengan trombositopenia.

Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam, sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti campak, dan nyeri otot dan persendian.

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena virus dengue tersebut. Terdapat beberapa tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang dapat melindungi diri mereka dari nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan nyamuk. Para ilmuwan juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang terkena demam dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan, selama penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang mengalami kasus yang lebih parah, dia mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang dimasukkan melalui vena, menggunakan jarum dan pipa infus), atau tranfusi darah (diberikan darah dari orang lain).

Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi, demam dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah. Sebelum ini, pada 1997, WHO telah membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak dapat digolongkan), demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara lama pembagian dengue ini harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara tersebut terlalu membatasi: tidak mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue. Meskipun klasifikasi dengue telah diubah secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih sering digunakan.
Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat fase, yang disebut tingkat I–IV:
  • Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil tes tourniquet yang positif.
  • Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain tubuhnya.
  • Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.
  • Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan darah dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan. Tingkat III dan IV disebut "sindrom renjatan dengue."

7. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah yang akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala malaria seperti gejala pada penderita influenza, bila tidak diobati maka akan semakin parah dan dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.

Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.

Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik. Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak.

Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.

8. Artheriosklerosis

Artheriosklerosis adalah penebalan dan penyumbatan dinding arteri dikarenakan adanya pengendapan kalsium. Artheriosklerosis disebabkan karena menurunnya elastisitas pembuluh darah besar (arteri), akibat penebalan hialina pada pembuluh dengan diameter antara 40–150 μm yang menyebabkan stenosis konsentrik pada dinding pembuluh.

Artheriosklerosis menyebabkan terhambatnya sirkulasi darah bahkan menghentikan aliran darah. Dinding arteri juga dapat kehilangan elastisitasnya. Penderitanya juga dapat mengalami nyeri di daerah yang terkena arteriosklerosis.


Cara mencegah penyakit artheriosklerosis adalah dengan menjaga pola makan, menjaga tekanan darah agar tetap normal, mengonsumsi banyak antioksidan, menghindari mengonsumsi kolesterol, olahraga yang rutin, tidak merokok, tidak minum minuman yang berakhohol, dan mengelola stres.

9. Atherosklerosis


Atherosklerosis adalah penebalan dan penyumbatan dinding arteri dikarenakan adanya pengendapan lemak darah. Atherosklerosis disebabkan karena menurunnya elastisitas pembuluh darah kecil (arteriole).

Aterosklerosis adalah radang pada pembuluh darah manusia yang disebabkan penumpukan plak ateromatus. Atherosklerosis hampir sama dengan arteriosklerosis, perbedaannya adalah bahan penyusunnya. jika arteriosklerosis berupa kalsium, sedang atherosklerosis berupa lemak darah. dengan begitu akibatnya sama, yaitu menghambat sirkulasi darah, dan membuat nyeri daerah dari darah yang tersumbat.

Cara pencegahan atherosklerosis antara lain menjaga pola makan agar tetap teratur, menjaga makanan, hindari kolesterol, konsumsi antioksidan dan zat besi, juga vitamin, tidak merokok, tidak minum minuman yang berakhohol, dan kelola stres.


Gangguan pada sistem peredaran darah masih banyak lagi, tunggu kelanjutan dari blog ini. melihat gangguan sistem peredaran darah yang banyak, patutlah kita menjaga kesehatan, tidak hanya pada sistem peredaran darah, tapi seluruh tubuh. Seperti kata pepatah "Mencegah lebih baik daripada mengobati". Tetap stay calm and love diri sendiri. Good bye.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Desing Downloaded From Free Website Templates | Free CSS Templates | Free PSD Graphics